Pada tulisan kali ini saya akan membahas lebih rinci mengenai penalaran deduktif. Di sini kita akan lebih memahami mengenai paragraf deduktif, macam - macam penalaran deduktif, dan sebagainya. Berikut ini adalah penjelasannya.
Penalaran
deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada
suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu haru memiliki konsep dan teori
tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep
dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh Paragraf Deduktif
Setiap hari selalu terjadi kemacetan di Jakarta. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, jumlah
armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan
pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang
memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api,
pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan
sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam
mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (deduktif), yaitu Setiap hari selalu terjadi kemacetan di Jakarta.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (deduktif), yaitu Setiap hari selalu terjadi kemacetan di Jakarta.
Macam-Macam Penalaran Deduktif
- Silogisme Hipotesis
Silogisme
Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
bersifat hipotesis, dan premis minornya bersifat katagorial. Silogisme
Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1 . Silogisme Hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
Hari ini cerah ( premis minor )
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul, maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
maka hasil akan maksimal
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
maka hasil akan maksimal
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.
4. Kaidah silogisme hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah
menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan
pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
- Silogisme Alternatif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut
juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena
proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu
proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima
atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini tergantung
dari premis minornya; kalau premis minornya menerima satu alternatif,
maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu
alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
My : Nenek susi berada di Bandung atau woniosobo.
Mn : Nenek Susi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
My : Nenek Susi berada di Bandung atau wonosobo.
Mn : Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
K : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung.
- Entimen
Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang
ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaranBentuk
semacam ini dinamakan entimem (dari enthymeme, Yunani. Lebih jauh kata
itu berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam
ingatan’). Dalam tulisan-tulisan bentuk ilmiah yang dipergunakan, dan
bukan bentuk formal seperti silogisme.
Contoh :
PU : Jika bachdim tidak menikah cepat, Irfan akan dimarahi fadillah
PK :bachdim mau menikah cepat.
K : bachdim tidak dimarahi fadillah.
Entimem : Irfan tidak dimarahi Kartika karena Irfan mau menikah cepat
Contoh :
PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lita ingin sukses
K : Lita harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A
Sumber :
Kopi Hijau. 2013. Penalaran deduktif.
http://kopihijau.info/contoh-paragraf-deduktif/ [Tanggal Akses : 15 Maret 2013]
Dunia Kadhut. 2010. Penalaran Deduktif.
http://nopi-dayat.blogspot.com/2010/03/penalaran-deduktif.html [Tanggal Akses : 15 Maret 2013]
Bahasa Indonesia. 2012. Penalaran Deduktif.
http://ichsan-dwi-putra.blogspot.com/2012/05/penalaran-deduktif.html [Tanggal Akses : 15 Maret 2013]
WartaWarga 2011. Silogisme.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/silogisme-2/ [Tanggal Akses : 15 Maret 2013]
0 komentar:
Posting Komentar