Berikut ini saya akan menyajikan resume dari diskusi yang dilaksanakan di kelas 2KA01 mengenai ‘Perilaku Konsumen’ yang berlangsung pada tanggal 14 Maret 2012, oleh kelompok 2. Bagi yang ingin membaca dulu materi diskusi ini, silakan lihat di sini.
Beberapa pertanyaan yang ditujukkan dari audience(kelas KA01) kepada kelompok 2 adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengatasi prilaku konsumen yang lebih banyak memilih barang import daripada barang lokal?
2. Apa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi konsumen dalam membeli suatu barang?
3. Apa maksud dari “pendekatan ordinal merupakan daya guna suatu barang yang tidak dapat di ukur”? Apa contohnya?
4. Bagaimana menyikapi konsumen yang pendapatannya sedikit tetapi keinginannya banyak. Faktor apa yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti itu?
Dapat saya simpulkan, baik dari jawaban kelompok 2 itu sendiri hingga yang dijelaskan kembali oleh dosen pembimbing kami Ibu Ira Phajar Lestari. Di antaranya sebagai berikut:
1. Bahwa, untuk menyikapi konsumen yang cenderung lebih banyak memilih barang import daripada barang lokal yaitu dengan meningkatkan terus kualitas dari produk-produk asli Indonesia itu sendiri, selain itu dukungan dari pemerintah pun harus ditingkatkan. Mulai dari dukungan finansial, kerjasama, pemasaran, membatasi atau mengatur bea cukai untuk barang import agar tidak terlalu mudah masuknya barang import ke Indonesia, berani untuk terjun ke pasar internasional, sehingga dengan begitu otomatis citra dari produk-produk Indonesia akan terangkat. Jangankan masyakat Indonesia yang menggunakannya, kemungkinan di luar negeri pun orang-orang akan menggunakan produk Indonesia. Dengan begitu, kita semua akan bangga bukan?
2. Dalam hal ini yang paling berpengaruh adalah diri sendiri. Karena setiap orang mempunyai hak untuk memilih apa saja yang ingin ia beli, apa yang ia suka, dan yang seperti apa yang menurutnya memuaskan. Misalkan konsumen ditawarkan dua buah produk, belum tentu ia memilih yang lebih mahal dan sedang tren padahal ia mampu untuk membelinya, kemungkinan ia bisa memilih barang yang lainnya karena barang tersebut memang ia suka dan mampu membuatnya puas dengan segala kelebihan yang menarik seleranya. Sehingga dalam hal ini, selera adalah faktor utama seseorang dalam menentukan barang yang akan ia beli.
3. Maksud dari pendekatan ordinal merupakan daya guna suatu barang itu tidak dapat diukur yaitu, bahwa suatu barang bukan hanya diukur dari segi harga melainkan tingkat kepuasan konsumen. Karena konsumen mampu menilai mana yang lebih baik, lebih enak(jika produk makanan/minuman), dan lebih memuaskan. Jika saja harga adalah acuan dalam mencapai kepuasan konsumen, maka kemungkinan semua produsen tidak akan memperhatikan seberapa mahal barang yang mereka jual, karena mereka berpikir bahwa konsumen akan cenderung memilih barang dengan harga yang paling mahal apabila ia ingin memperoleh barang yang terbaik.
4. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor eksternal. Karena ia tidak pernah puas dengan apa yang ia punya sedangkan kemampuannya memang terbatas. Perilaku konsumen seperti ini sebaiknya dihindari, karena selain dapat menjadi beban pikiran bagi dirinya sendiri, juga dapat memunculkan pikiran-pikiran atau cara-cara yang kurang baik untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Baik jadinya apabila ia mengimbangi keinginnannya itu dengan semakin membuatnya giat untuk mencari uang dengan berusaha dan bekerja dengan cara yang halal. Namun sebaiknya kita mampu bersyukur atas apa yang kita miliki, jangan selalu melihat orang yang lebih tinggi dari kita. Karena rasa bersyukur dan kepuasanlah makna dari ‘kaya’, yang semua orang ingin mencapainya.
0 komentar:
Posting Komentar